Keindahan SIberut

Keindahan SIberut
Pantai Tua Pejat

Selasa, 12 Januari 2010

Carbon Capture Storage North Sea




Common hunt for suitable CO2 storage
12.10.2009
Eva-Halland
Norwegian and British authorities are working together to identify suitable formations under the North Sea where carbon dioxide (CO2) can be stored.

“We update and quality-assure data from the Norwegian part of the North Sea, while our colleagues in the British Geological Survey (BGS) work to map the British sector. The intention is to obtain an overview of suitable storage sites for the greenhouse gas CO2,” says Eva Halland, geologist with the Norwegian Petroleum Directorate (NPD) and project manager for the work in the Norwegian sector.

The the One North Sea Project will estimate the magnitude of existing storage sites, as well as the potential need. The project is also looking into what is needed in order to store CO2 from Europe – and when this need will arise. Another aspect of the project is to point out what the industries and the authorities can do to establish a good framework, as well as an infrastructure for CO2 transport.

”There are several locations in mainland Europe where it is possible to store the greenhouse gas undergound, with the exception of Norway, but many are skeptical as to whether the locations are safe enough. That is why we are looking at the North Sea," says Halland.

Halland and her colleagues are hunting for formations in locations where CO2 storage will not pose conflicts with oil and gas production. Obviously, the storage sites must also have the right characteristics to ensure that the greenhouse gas stays in place.

CO2 has been stored under the seabed off the Norwegian coast for many years. The operating company StatoilHydro has injected the greenhouse gas into the Utsira formation in the Sleipner area of the North Sea since the mid-1990s, and CO2 from the Snøhvit gas is stored under the Barents Sea.

”Capture and sequestration of CO2 (CCS) is in huge demand. Norway has good expertise here, which is a big advantage in the mapping we are working on," comments Eva Halland.

The British consultancy firm Element energy is coordinating the project. Econ Pöyry and CMS Cameron McKenna are also participants in the project, along with the NPD and BGS.

At the storage seminar ”Climate change and technology” held in Bergen in May, Minister of Petroleum and Energy Terje Riis-Johansen and the British Minister of Energy Lord Hunt agreed to cooperate on investigating the possibility of storing CO2 beneath the North Sea.

The plan calls for the project to submit its report in January 2010. The study will be part of the input to plan an international strategy for CCS.
Selengkapnya..

Senin, 12 Oktober 2009

Visi dan Misi

Visi
Menjadi kelestarian ekosistem agar dapat memberikan manfaat yang berkesinanbungan

Misi Mendorong kesadaran Komunitas Mancanegara agar bersama sama melestarikan Hutan

Menekan Percepatan dari Global warming . Selengkapnya..

Selasa, 04 Agustus 2009

Pemkot Bekasi Upayakan Dana 'Carbon Credit' Cair

Sabtu, 25 Juli 2009 17:29
Pemerintah kota (Pemkot) Bekasi, Jawa Barat terus berupaya agar dana 'carbon credit' sebagai kompensasi pembakaran gas metan yang dihasilkan sampah, bisa dicairkan.

"Dengan menggandeng pihak swasta, kami mampu membakar gas metan dan C02 hingga tidak merusak lapisan ozon. Sekarang tengah diupayakan agar persyaratan untuk pencairan dana itu bisa dipenuhi," kata Sekretaris kota Bekasi Tjandra Effendi Utama di Bekasi, Sabtu (25/7).

Menurut Chandra, untuk memenuhi persyaratan dan menunggu klarifikasi membutuhkan waktu namun bila ada komitmen untuk terus melengkapi persyaratan diperkirakan tahun depan dana tersebut sudah bisa diterima.

Dari industri yang disebut flaring gas metan yang dibangun dan didanai sepenuhnya oleh Ikoko Kogyo Indonesia, sebuah PMA Jepang dengan hak pengelolaan selama 15 tahun, Pemkot Bekasi akan mendapat porsi 10% dari 10 euro untuk setiap ton gas metan dan C02 yang diolah.

"Uangnya akan masuk pos penerimaan lain-lain. Nilainya bisa sangat besar bila melihat potensi gas metan yang bisa diolah," ujarnya.

Kepala Bidang Penataan Dinas Kebersihan kota Bekasi Abdul Malik menegaskan lokasi industri yang berada di Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang tersebut mulai beroperasi optimal.

Ia mengatakan masalah administrasi dan dokumen pengoperasiannya yang akan diserahkan kepada organisasi PBB dan bank dunia menyangkut kompensasi dana carbon credit itu kini tengah diurus.

Pemkot tidak mengeluarkan biaya sepeser pun dan bahkan mendapat 17% dari nilai kompensasi yang diterima, sebanyak 7% di antaranya untuk masyarakat sekitar lokasi. Setelah 15 tahun seluruh peralatan dan industri diserahkan ke pemkot.

Dari setiap ton C02 dan gas metan yang dibakar akan ada kompensasi dari lembaga PBB yang bergerak di bidang lingkungan hidup dunia sebesar 10 euro per ton dan potensi gas yang bisa diolah sebesar 50 ribu ton.

Pada tiga bulan 2009 terhitung April-Juni telah dilakukan registrasi, setelah itu dilakukan validasi dan dicek oleh validator lembaga PBB untuk mengetahui berapa sampah yang dibakar.

"Dana itu baru bisa diterima dari lembaga PBB bila sudah terpenuhi delapan proses, dimulai menyusun tim, studi kelayakan sampai mendapatkan "certified emission reduction"," katanya. (kpl/meg)
http://www.kapanlagi.com/h/pemkot-bekasi-upayakan-dana-carbon-credit-cair.html
Selengkapnya..

PLN Akan Jual Karbon Kredit

Rabu, 01 Juli 2009 12:03 MAM
PLN akan melakukan jual beli karbon kredit senilai Rp37,5 miliar selama 10 tahun mulai 2010. Transaksi ini akan terjadi difasilitasi Agrinergy Pte Ltd lewat Emission Reduction Purchase Agreement.

Assistia J. Semiawan, VP Lingkungan dan Keselamatan Ketenagalistrikan (KLK) PT PLN (Persero), menyatakan transaksi jual beli karbon kredit senilai Rp37,5 miliar dapat dilakukan PLN dengan Agrinergy Pte Ltd selama 10 tahun dari proyek Clean Development Mechanism (CDM) PLTMG di Bontang, Kalimantan Timur (Kaltim) mulai 2010. Langkah ini telah ditandatangani kedua pihak lewat Emission Reduction Purchase Agreement (EPRA).

Sebelumnya, proyek yang sama telah ditandatangani bernama ERPA oleh PLN bagi Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP) Kamojang IV dengan EcoSecurities, PLTP Lahendong II dengan World Bank, dan PLTP Lahendong III dengan Japan Carbon Fund. Proyek CDM PLTA dan PLTM juga dikembangkan PLN seperti PLTA Genyem, PLTM Lobong, PLTM Mongango dan PLTM Merasap. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), dan Agrinergy Pte. Ltd.

Agrinergy akan memfasilitasi penjualan karbon kredit yang diproduksi PLN dari proyek CDM pembangkit Listrik Tenaga Mekanik Gravitasi (PLTMG) di Bontang. Kapasitas produksi proyek ini sebesar 14 MW.

Penjualan karbon, ujar Assista, dapat dilakukan Indonesia lantaran sebagai negara NonAnnex I yang diratifikasi dari Kyoto Protocol. Kebijakan ini dapat menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) lewat CDM.

Dengan begitu PLN dapat menawarkan karbon kredit kepada pembeli lewat mekanisme tersebut.

Pembangunan PLTMG CDM, ujar Assista, dibiayai anggaran internal PLN. Pembangkit ini direncanakan beroperasi pada Agustus 2009. Konstruksi telah dilakukan pada April 2008.

Pasokan gas sebesar 2,334 Billion British Thermal Unit (BBTUD) bagi PLTMG CDM diperoleh dari Total E&P Indonesia. Langkah tersebut telah ditandatangani lewat Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) pada 21 Maret 2009.

Sementara itu Assista mengungkapkan pembangkit-pembangkit listrik dari energi terbarukan akan dibangun banyak oleh PLN termasuk PLTP dan mini hidro. Hal ini sebagai upaya pengurangan pencemaran udara oleh zat-zat polutan. Mochamad Ade Maulidin ( ademaulidin@wartaekonomi.com Alamat e-mail ini diproteksi dari spabot, silahkan aktifkan Javascript untuk melihatnya )
Selengkapnya..

PLN Dapat Rp37,5 Miliar dari Jual Karbon

27 Juni 2009 08:34 WIB

JAKARTA--MI: PT PLN (Persero) dan Agrinergy Pte Ltd menandatangani perjanjian jual beli karbon kredit proyek Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Bontang, Kalimantan Timur berkapasitas 14 MW, Jumat (26/6).

Agrinergy akan memfasilitasi penjualan karbon kredit yang dihasilkan PLTG Bontang senilai Rp37,5 miliar dalam jangka waktu selama 10 tahun sejak 2010.

Proyek Bontang yang didanai anggaran PLN telah memulai konstruksi sejak April 2008 dan dijadwalkan beroperasi Agustus 2009.

PLN telah menandatangani perjanjian jual beli gas (PJBG) dengan Total E&P Indonesie pada 21 Maret 2007 untuk memasok gas ke Bontang dengan volume 2,334 BBTUD.

Kontrak jual beli karbon kredit (emission reduction purchase agreement/ERPA) PLTG Bontang tersebut merupakan yang kesembilan kalinya dilakukan PLN. (Ant/OL-04)
http://gerakankonsumen.blogspot.com/2009/06/pln-dapat-rp375-miliar-dari-jual-karbon.html#comment-form
Selengkapnya..

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM


Akhir-akhir ini dunia dihadapkan pada berbagai bencana, dari banjir, badai, kemarau panjang, meningkatnya suhu udara, dll. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya suhu global yang perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim,[2] serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.

Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.

Efek rumah kaca

Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.

Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya.

Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan temperatur rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F)dari temperaturnya semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global.

Selengkapnya..